BAB II
PEMBAHASAN
Asuhan Keperawatan Klien dengan Depresi
2.1 Pengertian Depresi
Depresi adalah suatu jenis ganggauan alam perasaan atau emosi yang disertai komponen psikologik: rasa susah, murung, sedih, putus asa, dan tidak bahagi, serta komponen somatik: anoreksia, konstipasi, kulit lembab [rasa dingin], tekanan darah dan denyut nadi menurun.
Depresi adalah salah satu bentuk gangguan jiwa pada alam perasaan [mood] [Teddy Hidayat, 2008]
Depresi adalah gangguan alam perasaan yang berat dan dimanifestasikan dengan ganggguan fungsi social dan fungsi fisik yang hebat, lama dan menetap pada individu yang bersangkutan.
Depresi merupakan gejala psikotik bila keluhan yang bersangkutan tidak sesuai lagi dengan realitas, tidak dapat menilai realitas dan tidak dapat dimengerti oleh orang lain.
2.2 Proses Terjadinya Depresi
Kien yang mengalami depresi biasanya diawali dari persepsinya yang negative terhadap stressor. Klien menganggap masalah sebagai sesuatu yang buruk. Misalnya pada saat kakinya fraktur ia sulit menerimanya, padahal hikmahnya ia akan terhindar dari wajib militer, terhindar dari jalan kemaksiatan dan lebih banyak waktu membaca di rumah, dsb. Karena persepsi yang salah tersebut maka akan menuntun Klien untuk berpikir dan bertindak salah. Pikiran yang selalu muncul adalah “saya sial, saya tidak mampu, tidak ada harapan lagi, semua buruk”, kondisi ini diperburuk dengan tidak adanya support system seperti keluarga, sahabat, terutama keyakinannya pada yang maha kuasa. Muncullah fase akumulasi stressor dimana stressor yang lain turut memperburuk keadaan Klien. Klien akan makin merasa tidak berdaya dan akhirnya ada niat untuk mencederai diri dan mengakhiri hidup. Hal ini menjadi pemicu munculnya harga diri rendah yang akan menjadi internal stressor.
2.3 Faktor Penyebab Depresi
Depresi disebabkan oleh banyak factor antara lain: factor herediter dan genetic, factor konstitusi, factor kepribadian pramorbid, factor fisik, factor psikobiologi, factor neurologic, factor biokimia dalam tubuh, factor keseimbangan elektrolit dsb.
Depresi biasanya dicetuskan oleh trauma fisik seperti penyakit infeksi, pembedahan, kecelakaan, persalinan, dsb, serta factor psikis seperti kehilangan kasih sayang atau harga diri.
Bila seseorang lebih rentan untuk menderita depresi dibandingkan orang lain biasanya yang bersangkutan mempunyai corak kehidupan sendiri [kepribadian depresi], dengan ciri-ciri:
§ Mereka sukar untuk merasa bahagia, mudah cemas, gelisah dan khawatir, tegang
§ Mereka yang kurang percaya diri, rendah diri, mudah mengalah dan lebih senang berdamai untuk menghindari konflik atau konfrontasi, merasa gagal dalam usaha taua sekolah, lamban, lemah, lesu atau sering mengeluh sakit ini dan itu
§ Pengendalian dorongan dan implus terlalu kuat, menarik diri, lebih suka menyisih, sulit ambil keputusan, enggan bicara, pendiam dan pemalu, menjaga jarak dan menghindari keterlibatan dengan orang lain
§ Suka mencela, mengkritik, menyalahkan orang lain atau menggunakan mekanisme pertahanan penyangkalan
2.4 Tanda dan Gejala
Gangguan alam perasaan: depresi
Data subjektif :
§ Klien tidak mampu mengutarakan pendapat dan malas bicara. Sering mengemukakan keluhan somatic seperti nyeri abdomen, dan dada, anoreksia, sakit punggung, pusing. Merasa dirinya sudah tidak berguna lagi, tidak berarti, tidak ada tujuan hidup, merasa putus asa, dan cenderung ingin bunuh diri. Pasien mudah terisnggung.
Data objektif :
§ Gerakan tubuh Klien terhambat, tubuh yang melengkung dan bila duduk dengan sikap yang merosot, ekspresi wajah murung, gaya jalan yang lambat dengan langkah diseret, kadang-kadang dapat terjadi stupor. Pasien tampak malas, lelah, tidak ada nafsu makan, sukar tidur dan sering menangis. Proses berpikir terlambat seolah-olah pikirannya kosong, konsentrasi terganggu, tidak mempunyai minat, tidak dapat berpikir, tidak mempunyai daya khayal. Pada pasien psikosa depresif terdapat perasaan bersakah yang mendalam, tidak masuk akal, waham dosa, dan halusianasi. Kadang-kadang pasien suka menunjukan sikap bermusuhan, mudah tersinggung dan tidak suka diganggu. Pada pasien depresi juga mengalami kebersihan diri yang kurang dan keterbelakangan psikomotor.
Koping maladaptif
§ DS : menyatakan putus asa dan tak berdaya, tidak bahagia, tak ada harapan.
§ DO : nampak sedih, mudah marah, gelisah, tidak dapat mengontrol impuls.
Menurut [Tedy Hidayat, 2008] depresi ditandai dengan :
Ø Kemurungan, kesedihan, kelesuan, kehilangan gairah hidup, tidak ada semangat dan merasa tidak berdaya
Ø Perasaan bersalah atau berdosa, tidak berguna, putus asa
Ø Nafsu makan dan berat badan menurun
Ø Sulit konsentrasi dan daya ingat menurun
Ø Gangguan tidur disertai mimpi-mimpi yang tidak menyenangkan
Ø Agitasi atau retardasi motorik [gelisah atau perlambatan gerakan motorik]
Ø Hilang perasaan senang, semangat dan minat, meninggalkan hobi
Ø Kreativitas dan produktivitas menurun
Ø Gangguan seksual
Ø Pikiran-pikiran tentang kematian dan bunuh diri
2.5 Diagnosa Keperawatan
1. Risiko mencederai diri berhubungan dengan depresi
2. Gangguan alam perasaan berhubungan dengan koping maladaptif
3. Defisit perawatan diri
4. Gangguan komunikasi verbal
5. Ketidakmampuan melihat sisi positif dari setiap stressor yang dialami
6. Ketidakmampuan mengatur produktivitas dan jadwal harian
2.6 Rencana Tindakan Keperawatan
Tujuan Umum :
§ Klien tidak mencederai diri
Tujuan Khusus :
1. Klien terlindung dari perilaku mencederai diri sendiri
- Pantau dengan saksama risiko bunuh diri/melukai diri sendiri
- Jauhkan dan simpan alat-alat yang dapat digunakan oleh Klien untuk mencederai dirinya/orang lain di tempat yang aman dan terkunci
- Jauhkan bahan alat yang membahayakan Klien
- Awasi dan tempatkan Klien di tempat yang mudah dipantau oleh perawat/petugas
- Diskusikan keyakinan Klien yang berkaitan dengan pentingnya menghargai kehidupan
- Diskusikan tentang kerugian putus asa dari rahmat Tuhan
- Diskusikan kisah-kisah orang sukses yang diawali dengan stressor yang dianggap berat
- Libatkan support system dalam keluarga Klien dalam mencari alternative pemecahan masalah Klien
- Paparkan Klien dengan terapi rekreasi audiovisual untuk menyaksikan orang-orang cacat atau orang yang berprestasi dengan keterbatasan fisik
2. Klien dapat mengarahkan mood-nya lebih baik
- Hadirkan milieu terapi dengan suasana dan tata warna yang cerah
- Ajak Klien ke tempat yang lebih menyenangkan
- Alihkan suasana hati Klien agar tidak terus menerus memikirkan masalahnya
- Diskusikan dengan Klien tentang pentingnya mengontrol persepsi dan perasaan kita agar hidup lebih menyenangkan
3. Klien mampu dan berupaya untuk memenuhi personal hygiene
- Mengkaji kemampuan melakukan perawatan diri: Mandi, kebersihan diri, berpakaian, berhias, makan, BAB secara mandiri
- Memberikan latihan cara melakukan mandi, kebersihan diri secara mandiri
- Memberikan latihan cara berpakaian, berhias secara mandiri
- Mendiskusikan pentingnya kebersihan dan pengaruhnya terhadap kesehatan dan kehidupan yang lebih baik di masa depan
- Memberikan latihan cara makan secara mandiri
- Menberikan latihan cara BAB dan BAK secara mandiri
- Mendiskusikan dengan keluarga agar mampu merawat anggota keluarga yang mengalami masalah kurang perawatan diri
4. Klien dapat membina hubungan saling percaya dan inisiatif berkomunikasi
- Perkenalkan diri dengan Klien dengan cara menyapa Klien dengan ramah, baik verbal dan non verbal, selalu kontak mata selama interaksi dan perhatikan kebutuhan dasar Klien
- Lakukan interaksi dengan Klien sesering mungkin dengan sikao empati
- Dengarkan pernyataan Klien dengan sikap sabar empati dan lebih banyak memakai bahasa non verbal. Misalnya memberikan sentuhan, anggukan
- Perhatikan pembicaraan Klien serta beri respon seuai dengan keinginannya
- Bicara dengan nada suara yang rendah, jelas, singkat, sederhana, dan mudah dimengerti
- Terima Klien apa adanya tanpa membandingkan dengan orang lain
- Ajarkan teknik komunikasi lain selain verbal untuk menyampaikan ide, gagasan dan suasana hatinya
5. Klien dapat meningkatkan harga diri
- Bantu untuk memahami bahwa Klien dapat mengatasi keputusannya
- Kaji dan kerahkan sumber-sumber internal individu
- Bantu emngidentifikasi sumber-sumber harapan [misalnya hubungan antar sesama, keyakinan, hal-hal untuk diselesaikan]
6. Klien dapat menggunakan dukungan social
- Kaji dan manfaatkan sumber-sumber eksternal individu [orang-orang terdekat, tim pelayanan kesehatan, kelompok pendukung, agama yang dianut]
- Kaji sistem pendukung keyakinan [nilai, pengalaman masa lalu, aktivitas keagamaan, kepercayaan agama]
- Lakukan rujukan sesuai indikasi [misal konseling pemuka agama]
7. Klien dapat menggunakan koping adaptif dan melihat sisi positif dari masalahnya
- Beri dorongan untuk mengungkapkan perasaannya dan mengatakan bahwa perawat memahami apa yang dirasakan Klien
- Tanyakan kepada Klien cara yang biasa dilakukan mengatasi perasaan sedih/menyakitkan
- Diskusikan dengan Klien manfaat dari koping yang biasa digunakan
- Bersama pasien nmencari berbagai alternative koping
- Beri dorongan kepada Klien untuk memilih koping yang paling tepat dan dapat diterima
- Beri dorongan kepada pasien untuk mencoba koping yang telah dipilih
- Anjurkan Klien untuk mencoba alternative lain dalam menyelesaikan masalah
- Diskusikan hikmah-hikmah dari apa yang sudah terjadi yang sulit untuk dirubah lagi
- Identifikasi hal positif dari semua kejadian yang menimpanya
- Diskusikan contoh-contoh masalah orang lain yang lebih berat dari Klien tetapi masih mampu hidup produktif
- Berikan logoterapi dan psikoreligius terapi
8. Klien dapat menggunakan obat dengan benar dan tepat
- Diskusikan tentang obat [nama, dosis, frekuensi, efek dan efek samping minum obat]
- Bantu menggunakan obat dengan prinsip 6 benar [benar pasien, obat, dosis, cara, waktu, pendokumentasian]
- Anjurkan membicarakan efek dan efek samping yang dirasakan
- Beri inforcement poaitif bila menggunakan obat dengan benar
DAFTAR PUSTAKA
Yosep, Iyus. 2007. Keperawatan Jiwa. Bandung: PT. Refika Aditama.
Anwar, Azimah. 1983. Pedoman Perawatan Psikiatri. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
http://ilmukeperawatan.com/asuhan_keperawatan_depresi.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar