Rabu, 09 November 2011

pendidikan dan perilaku kesehatan masyarakat

PENDIDIKAN DAN PERILAKU KESEHATAN
A.      Prinsip – Prinsip Perilaku Kesehatan
Semua petugas kesehatan mengakui bahwa pendidikan kesehatan itu penting untuk menunjang kesehatan yang lain. Akan tetapi pada kenyataannya pengakuan ini tidak didukung oleh kenyataan. Artinya dalam prohram – program pelayanan kesehatan kurang melibatkan pendidikan kesehatan. Meskipun program itu mungkin telah melibatkan pendidikan kesehatan, tetapi kurang memberikan bobot. Argumentasi mereka adalah karena pendidikan kesehatan itu tidak segera dan jelas memperlihatkan hasil. Dengan perkataan lain pendidikan kesehatan itu tidak segera membawa manfaat bagi masyarakatdan yang mudah dilihat atau diukur. Hal ini memang benar karena pendidikan adalah merupakan ‘behavioral investment’ jangka panjang. Hasil investment pendidikan kesehatan baru dapat dilihat beberapa tahun kemudian. Dalam waktu yang pendek (immediate impact) pendidikan kesehatan hanya menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan masyarakat. Sedangkan penungkatan pengetahuan saja belum akan berpengaruh langsung terhadap indicator kesehatan
Pengetahuan kesehatan akan berpengaruh kepada perilaku sebagai hasil jangka menengah (intermediate impact) dari pendidikan kesehatan. Selanjutnya perilaku kesehatan akan berpengaruh kepada meningkatnya indicator kesehatan masyarakat sebagai keluar (outcome) pendidikan kesehatan. Hal ini berbeda dengan program kesehatan yang lain, terutama program pengobatan yang dapat langsung memberikan hasil (immediate impact) terhadap penurunan kesakitan
B.      Peran Pendidikan Kesehatan
Semua hasil kegiatan masyarakat dalam membicarakan status kesehatan mengacu kepada H.L. Blum. Dari hasil penelitiannya di Amerika Serikat sebagai salah satu Negara yang sudah maju Blum menyimpulkan bahwa lingkungan mempunyai andil yang paling besar terhadap status kesehatan. Kemudian berturut – turut disusul oleh perilaku mempunyai andil nomor dua, pelayanan kesehatan dan turunan mempunyai andil yang peling kecil terhadap status kesehatan. Bagaimana proporsi pengaruh factor – factor tersebut terhadap status kesehatan di Negara – Negara berkembang, terutama di Indonesia belum ada penelitian. Apabila dilakukan penelitien mungkin perilaku mempunyai kontribusi yang lebih besar. Penelitian penulis di Pasar Rebo Jakarta Timur tentang status gizi anak balita dengan menggunakan analisis stepwise, terbukti variable perilaku terseleksi, sedangkan variable pendapatan per kapita (ekonomi) tidak terseleksi. Meskipun variable ekonomi di sini belum mewakili seluruh variable lingkungan, tetapi paling tidak pengaruh perilaku lebih besar daripada variable – variable lain.
Selanjutnya Lewrence Green menjelaskan bahwa perilaku itu dilator belakangi atau dipengaruhi oleh tiga factor pokok yakni: factor – factor predisposisi (predisposising factors), factor – factor yang mendukung (enabling factors) dan factor – factor yang memperkuat dan mendorong (reinforcing factors). Oleh sebab itu, pendidikan kesehatan sebagaio factor usaha intervensi perilaku harus diarahkan kepada kepada ketiga factor tersebut.
C.      Konsep Pendidikan Kesehatan
Pendidikan kesehatan adalah suatu penerapan konsep pendidikan didalam bidang kesehatan. Dilihat dari segi pendidikan, pendidikan kesehatan adalah suatu pedagonik praktis atau praktek pendidikan. Oleh sebab itu konsep pendidikan kesehatan adalah konsep pendidikan yang diaplikasikan pada bidang kesehatan. Konsep dasar pendidikan adalah suatu proses belajar yang berarti di dalam pendidikan itu terjadi proses pertumbuhan, perkembangan atau perubahan kea rah yang lebih dewasa, lebih baik dan lebih matang pada diri individu, kkelompok atau masyarakat.terjadi proses pertumbuhan, perkembangan atau perubahan kea rah yang lebih dewasa, lebih baik dan lebih matang pada diri individu, kkelompok atau masyarakat. Konsep ini berangkat dari suatu asumsi bahwa manusia sebagai makjluk social dalam kehidupannya untuk mencapai nilai – nilai hidup didalam masyarakat selalu memerlukan bantuan orang lain yang mempunyai kelebihan (lebih dewasa, lebih pandai, lebih mampu dan lebih tahu). Dalam mencapai tujuan tersebut, seorang individu, kelompok atau masyarakat tidak terlepas dari kegiatan belajar.
Kegiatan atau proses belajar dapat terjadi di mana saja, kapan saja dan olej siapa saja. Seseorang dapat dikatakan belajar apabila di dalam dirinya terjadi perubahan, dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak dapat mengerjakan jadi dapat mengerjakan sesuatu. Namun demikian tidak semua perubahan itu terjadi karena belajar saja, misalnya dari perkembangan anak dari tidak mampu berjalan menjadi mampu berjalan. Peruban ini terjadi bukan hasil proses belajar, tetapi karena proses kematangan. Dari uraian singkat ini dapat disimpulkan bahwa kegiatan belajar  itu mempunyai cirri – ciri: belajar adalah kegiatan yang menghasilkan perubahan pada diri individu, kelompok atau masyarakat yang sedang belajar, baik actual maupun potensial. Ciri kedua dari hasil belajar adalah bahwa perubahan tersebut didapatkan karena kemampuan baru yang berlaku untuk waktu yang relative lama. Cirri ketiga adalah bahwa perubahan itu terjadi karena usaha dan disadari, bukan karena kebetulan.
Bertitik tolak dari konsep pendidikan tersebut, maka konsep pendidikan kesehatan itu juga proses belajar pada individu, kelompok atau masyarakat dari tidak tahu tentang nilai – nilai kesehatan menjadi tahu, dari tidak mampu mengatasi masalah – masalah kesehatannya sendiri menjadi mampu. Kesehatan dapat didefinisikan sebagai usaha atau kehiatan untuk membantu individu, kelompok atau masyarakat dalam meningkatkan kemampuan (perilaku), untuk mencapai kesehatan mereka secara optimal.
Para ahli kesehatan juga telah mencoba membuat batasan tentang pendidikan kesehatan yang berbeda – beda, sesuai dengan konsep mereka masing – masing tentang pendidikan.   
D.      Proses Pendidikan Kesehatan
Bahwa prinsip pokok pendidikan kesehatan adalah proses belajar. Di dalam kegiatan belajar terdapat tiga persoalan pokok, yaitu persoalan masukan (input), proses dan persoalan keluaran (out put). Persoalan masukan dalam pendidikan kesehatan adalah menyangkut sasaran belajar (sasaran didik) yaitu induvidu, kelompok atau masyarakat yang sedang belajar itu sendiri dengan berbagai latar belakangnya. Persoalan proses adalah mekanisme dan interaksi terjadinya perubahan kemampuan (perilaku) pada diri subjek belajar tersebut. Di dalam proses ini terjadi pengaruh timbale balik antara berbagai factor antara lain: subjek belajar, pengajar (pendidik atau fasilitator) metode dan teknik belajar, alat bantu belajar dan materi atau bahan yang dipelajari. Sedangkan keluaran merupakan hasil belajar itu sendiri yaitu berupa kemampuan atau perubahan perilaku dari subjek belajar.
Beberapa ahli pendidikan mengkelompokkan factor – factor yang mempengaruhi proses belajar ini ke dalam $ kelompok besar, yaitu; factor materi (bahan belajar), lingkungan, instrumental dan subjek belajar. Factor instrumental ini terdiri dari perangkat keras (hardware) seperti perlengkapan belajar dan alat – alat peraga dan perangkat lunak (software) seperti fasilitator belajar, metode belajar dan organisasi. Dalam pendidikan kesehatan subjek belajar ini dapat berupa individu, kelompok atau masyarakat. 
E.      Ruang Lingkup Pendidikan Kesehatan
Ruang lingkup pendidikan kesehatan dapat dilihat dari berbag berbagai dimensi antara lain dimensi sasaran pendidikan, dimensi tempat pelaksanaan atau aplikasinya dan dimensi tai dimensi antara lain dimensi sasaran pendidikan, dimensi tempat pelaksanaan atau aplikasinya dan dimensi tingkat pelayanan kesehatan. Dari dimensi sasarannya pendidikan kesehatan dapat dikelompokan menjadi 3 yaitu :
a.       Pendidikan kesehatan individual, dengan sasaran individu
b.      Pendidikan kesehatan kelompok dengan sasaran kelompok
c.       Kesehatan pendidikan masyarakat dengan sasaran masyarakat luas
Dimensi tempat pelaksanaannya, pendidikan kesehatan dapat berlangsung di berbagai tempat, dengan sendirinya sasarannya berbeda pula, missal :
a.       Pendidikan kesehatan di sekolah, dilakukan di sekolah dengan sasaran murid
b.      Pendidikan kesehatan dirumah sakit, dilakikan di rumah sekit dengan sasaran pasien atau keluarga pesian, di puskesmas dll.
c.       Pendidikan kesehatan di tempat – tempat kerja dengan sasaran buruh atau karyawan yang bersangkutan.
Dimensi tingkat pelayanan kesehatan, pendidikan kesehatan dapat dilakukan berdasarkan lima tingkat pencegahan (five levels of prevention) dari level and Clark, sebagai berikut:
a.       Promosi Kesehatan (Health Promotion)
Dalam tingkat ini pendidikan kesehatan diperlukan misalnya dalam peningkatan gizi, kebiasaan hidup, perbaikan sanitasi lingkungan hygiene perorang.
b.      Perlindungan Khusus (specific Protection)
Dalam program imunisasi sebagai bentuk pelayanan perlindungan khusus ini pendidikan kesehatan sangat diperlukan terutama di Negara – Negara berkembang. Hal ini karena kesadaran masyarakat tentang pentingnya imunisasi sebagai perlindungan terhadap penyakit pada dirinya maupun pada anak – anaknya masih rendah.
c.       Diagnosis Dini dan Pengobatan Segera (Early Diagnosis and Prompt Trestment)
Dikarenakan rendahnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat terhadap kesehatan dan penyakit, maka sering sulit mendeteksi penyakit – penyakit yang terjadi di dalam masyarakat. Bahakan kadang – kadang masyarakat sulit atau tidak mau diperiksa dan diobati penyakitnya. Hal ini akan menyebabkan masyarakat tidak memperoleh pelayanan kesehatan yang layak. Oleh sebab itu, pendidikan kesehatan sangat diperlukan pada tahap ini.
d.      Pembatasan Cacad (Disability Limitation)
           Oleh karena kurangnya pengertian dan kesadaran masyarakat tentang kesehatan dan penyakit, maka sering masyarakat tidak melanjutkan pengobatannya sampai tuntas. Dengan kata lain mereka tidak melakukan pemeriksaan dan pengobatan yang komplit terhadap penyakitnya. Pengobatan yang tidak layak dan sempurna akan mengakibatkan orang yang bersangkutan cacad atau ketidakmampuan. Oleh karena itu pendidikan kesehatan juga diperlukan pada tahap ini.
e.       Rehabilitasi (rehabilitation)
Setelah sembuh dari suatu penyakit tertentu, kadang – kadang orang menjadi cacad. Untuk memulikan cacadnya tersebut kadang – kadang diperlukan latihan – latihan tertentu. Oleh karena kurangnya pengertian dan kesadaran orang tersebut, ia tidak atau segan melakukan latihan – latihan yang dianjurkan. Di samping itu orlah sembuh dari penyakit, kadang – kadang malu untuk kembali kemasyarakat. Sering terjadi pula masyarakat tidak mau menerima mereka sebagai anggota masyarakat yang normal. Oleh sebab itu jelas pendidikan kesehatan diperlukan bukan saja untuk orang yang cacad tersebut, tetapi juga perlu pendidikan kesehatan kepada masyarakat.



DAFTAR PUSTAKA
Notoatmodjo, Soekidjo. 1997. Ilmu Kesehatan Masyarakat.PT Rineka Cipta, Jakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar